Sejarah Indonesia yang Sebenarnya?


Saya kenal majalah Eramuslim Digest ini sebenernya udah lama. Dari jaman kuliah kalau nggak salah. Dan itu artinya sekitar 13-an tahun yang lalu. Omaigaaat, saya udah tua.  Tau kan kalo udah di atas 30 tahun kerutan semakin kentara. Wah, harus ada budget lebih buat ke salon nih
#eh #kembalikelaptop

Kurang tepat sih kalau dibilang majalah. Lebih ke majalah hybrid. Haha.. majalah bukan, karna isinya pembahasan mendalam tentang satu tema, namun dari berbagai sisi. Buku juga bukan karna bentuknya mirip majalah dan tulisannya pendek-pendek seperti artikel.

Seri pertama yang saya baca waktu itu kayaknya tentang mata uang. Gimana kita ini sebenernya diperbudak sama sistem keuangan di dunia. Ya, uang kertas yang hari-hari ini kita pegang nggak ada nilainya. Dulu, duluuu sekali, setiap uang kertas yang dicetak harus diiringi dengan cadangan emas dengan jumlah yang sama. Tapi kemudian sistem itu dihapus dan sekarang bebas mau nyetak uang kertas seberapapun banyaknya, tanpa ada cadangan emas yang menyertai. Makanya, kalau lagi ada uang nganggur, mending lempar ke saya. Eh, maksutnya beliin emas aja.

Balik lagi ke Eramuslim Digest. Majalah ini nggak rutin terbit berkala. Malah kayaknya edisi terakhir udah beberapa tahun yang lalu. Tapi sampai sekarang masih dicetak sih yang edisi-edisi lama itu. Kayaknya total cuma ada 12 atau 13 edisi. Saya baru punya beberapa karna beberapa yang lain lagi out of stock. Edisi ini cukup membuat terperangah orang yang buta sejarah kayak saya. Pengetahuan sejarah saya memang hanya sebatas buku pelajaran. Pas baca, mayan terkaget-kaget sih. Beberapa poin yang menarik:

1. Teks proklamasi sebenernya udah disiapkan dari beberapa bulan sebelum pernyataan kemerdekaan RI, tepatnya di tanggal 22 Juni tahun 1945, yang disebut Piagam Jakarta. Tapi anehnya, saat malam hari tanggal 16 Agustus, Piagam Jakarta yang tertinggal di rumah Hatta atau Sukarno itu nggak diambil. Padahal jaraknya cuma 10 menit dari rumah Laksamana Maeda, tempat diumumkannya kemerdekaan. Akhirnya dibuatlah teks proklamasi yang seperti sekarang kita kenal. Sedangkan teks dalam Piagam Jakarta dipakai untuk pembukaan UUD.
Tapi apakah kalian tau, bahwa ada tujuh kata yang dihapus dalam pembukaan UUD 1945 yang diambil dari Piagam Jakarta itu? Saya sendiri kaget pas bacanya:
"dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya"
Tingg!! Berarti cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berazas Islam itu sudah direncanakan, namun kemudian dibatalkan. Pertanyaannya, kenapa dan oleh siapa? Naah..ini yang perlu penelusuran lagi.

2. Inget tentang pemberontakan Kartosuwiryo dengan DI/TII nya?
Nah, kalau di majalah ini nggak sepenuhnya seperti yang disampaikan ke kita lewat mapel sejarah sih. Bahkan ada buku yang mengupas khusus tentang ini, judulnya "Hari Terakhir Kartosoewirjo". Saya belum baca bukunya sih. Nah, ternyata beliau ini menjadi sosok yang menakutkan buat rezim saat itu, bahkan lokasi eksekusi dan makamnya pun harus dipalsukan. Serba nggak jelas. Menurut pembahasan di buku ini, beliau adalah sosok yang memegang kuat syariat Islam dan sangat membenci sikap tunduk ke penjajah. Detailnya baca sendiri bukunya eh majalahnya yaaa...

3. RA Kartini awalnya tertarik mempelajari Islam, namun karena beliau bersahabat dengan orang-orang Yahudi, yang sengaja diutus Belanda, sedikit banyak mempengaruhi pemikiran beliau. Bahkan dalam satu suratnya, beliau menulis, "Malaikat yang baik beterbangan di sekeliling saya dan Bapak yang ada di langit membantu saya dalam perjuangan saya dengan bapakku yang ada di dunia ini". Orang-orang Yahudi ini memang saat itu diutus Belanda untuk menumpulkan kekritisan dan semangat Kartini dalam berislam. See? temen emang pengaruh kan ke kita. Makanya kudu selektif nyari sahabat. Bukan milih-milih temen lo ya. Sahabat kan beda sama temen. Kita bisa berteman dengan semua, tapi hati-hatilah saat memilih sahabat. Aduh, mudah-mudahan nggak ada yang tersinggung saat baca tulisan saya ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung ^^