Diposting oleh nee
0 komentar Label: emak-yang-aneh
Menceritakan kisah menuju kasih (baca: menikah) membuat saya terkenang masa-masa itu, masa-masa yang menggalaukan.
Jadi, saat proses taaruf atau perkenalan itu, pas banget saya lagi psikotes untuk persyaratan diangkat PNS. Tesnya di RS, ngisi pertanyaan yang entah berapa jumlahnya,males ngitung saking banyaknya. Daaan..hasil tes itu mengatakan saya sedang stres berat, tertekan dan galau. Padahal waktu itu kondisinya sudah tinggal menghitung hari menuju hari pernikahan. Saya stres karna mau nikah sama orang yang belum saya kenal sebelumnya. Padahal, menikah dengan orang yang belum dikenal adalah azzam saya. Kayaknya keren gitu. Haha..dasar saya emang masih anak-anak yang belum mencapai stabilisasi emosi. Tapi saya gak nyesel loooh *lirik-lirik suami.
Kalo ada yang bilang jodoh itu cerminan diri, super duper bener. Suami, cerminan diri saya. Persis, plek, cuma saya lebih manis *kibasjilbab. Karakter kami hampir sama, emosian, suka nyuruhnyuruh, gak sabaran, jadilah kalo ngobrol kami kayak orang lagi berantem. Tapi kami sama-sama mudah melupakan dan memaafkan, gak nyimpen dendam. Jadi gak masalah hari ini berantem, beberapa jam kemudian udah sayang-sayangan lagi #uhuukkk. Saya gak kebayang kalo nikah dengan orang yang lembut, perasa, dan kalem. Mungkin saya gak bisa bebas mengekspresikan diri karna takut kata-kata saya yang setajam silet melukai hatinya #eaaaa.
#Flashback
Saat itu Guru Ngaji saya sms seperti ini kira-kira:
G: Nila, ada biodata ikhwan, kapan bisa ambil?
N: (#Jeglerrrr, kaget tetiba disms gitu, padahal aslinya mah emang ngarep) Pekan depan insyaAllah mbak
Dan setelah saya nerima biodatanya, dengan deg-deg an saya buka. Berharap ikhwannya seganteng Iker Cassilas tapi sesholeh Umar bin Khattab #ngimpiiii, hehe
Dan nampaklah sesosok itu, yang sekarang udah jadi ayah dari anak saya yang imut, sosok yang berpose dengan sok keren dengan latar belakang hutan dan tebing, kayak penampakan, :P *sungkemAbi*
Yaahh..sempat sedikit kecewa waktu itu, kenapa ikhwannya gak berkacamata. Maklum, terlalu sering baca buku pernikahan dimana gambar ilustrasi untuk ikhwannya adalah seorang laki-laki berjenggot dan berkacamata. Apalagi berkacamata adalah obsesi saya dari SMP, dan alhamdulillah tidak terwujud, sesuatu yang saya syukuri saat ini.
Bimbang, galau, bingung, sedih, merana #lebaaiiii.
Baca-baca biodatanya, ikhwan alumni UGM, ya lumayanlah. Jurusan perikanan, lah pas bener, namaku kan Nila. Orang Cilacap, ngapak doong.
Istikhoroh, dikasih waktu seminggu sama Guru Ngaji saya. Entah memang tak ada jawaban dari istikhoroh saya atau emang sayanya yang gak sensitip. Guru Ngaji saya bilang, "coba taaruf dulu aja". Hmm..baiklah.
Pekan berikutnya kami bertemu, di rumah Guru Ngaji saya. Ikhwan itu datang bersama temannya (yang sekarang jadi suaminya salah satu Ibu-ibu yang nulis di sini juga). Nunduukk senunduk-nunduknya, maluuuu, degdegan. Ikhwannya pendiem banget nget #huh,aku tertipuuuu.
Dikasih waktu seminggu lagi buat pikir-pikir. Waktu itu, entahlah, saya merasa sangat tidak mantap. Istikhoroh tak juga menunjukkan tanda, apakah saya harus menerima atau menolak.
Di ujung hari detlen, saya telpon Guru Ngaji, curhat betapa gak mantep, gak ada hasil dari istikhoroh. Lalu Guru Ngaji saya bilang, "Apa alasan syar'inya untuk menolak? Agamanya bagus, shaleh insyaAllah, keluarganya baik juga." Jegleeerrr (lagi). Iya ya, apa alasan syar'i saya nolak. Ya, saya tak menemukannya. Lalu, kenapa menolak?
Kemudian tiba-tiba saya sudah tinggal menghitung hari pernikahan.
Perbedaan almamater, membuat pola komunikasi kami sangat jauh berbeda. Kampus saya, kampus yang nyaman, aman, damai, membuat saya kaku jika harus berkomunikasi dengan lawan jenis. Berkebalikan dengan suami, yang luwes dan santai aja komunikasi dengan lawan jenis. Jadilah beberapa kali saya "mengomeli" suami (saat itu calon) yang tertawa-tawa atau mencoba melucu saat membahas teknis pernikahan melalui telepon. Heloooo, kita belum sah jadi suami istri kaleee. Apalagi kami baru bertemu muka 3 kali saja. Saat perkenalan, saat saya dan keluarga silaturahim ke rumahnya, dan saat lamaran.
Apakah mungkin itu yang bikin (calon) suami terkintil-kintil sama saya, karna saya galak. Hahak..
Tapi kemudian akhirnya saya banyak belajar tentang cara berkomunikasi ini. Tengkyu beb ^^
Diposting oleh nee
Diposting oleh nee
0 komentar Label: emak-yang-aneh
Diposting oleh nee
0 komentar Label: emak-yang-aneh
Saya orangnya nggak pede-an kalo belum mencaritau informasi tentang apa yang akan saya lakukan, termasuk pengurusan paspor ini. Biasalah, saya langsung gugling terkait syarat dan prosedurnya. Ada berbagai versi yang bikin saya bingung sendiri. Apalagi kan sistemnya udah berubah ya, dari yang awalnya datang langsung dan harus dari subuh2, habis itu ke sistem online dan sekarang berubah lagi hanya nomor antriannya yang onlen selebihnya datang langsung ke Kanim (Kantor Imigrasi).
Oia, info aja...sekarang nggak ada pembedaan antara paspor biasa dengan paspor haji/umroh. Semuanya sama alias cukup satu paspor, asaaal..
1. Nama udah 3 kata, kalo belum harus ditambahkan nama bin/binti
2. Pakai paspor 48 halaman karena kalau pakai yang 24 halaman kadang nggak bisa, bisa dibilang ini untung2an sih.
Nanti akan saya jelasin tentang ini lebih lanjut di bawah yaa...Jadi kita nggak usah bohong mau wisata, padahal mau umroh, hihihi..
Nah, kita ke syarat dulu, syarat saya ambil dari yang tertera di Kanim ya, dan ini harus difotokopi ukuran A4. Inget, harus A4 ya. Kalo di Kanim Bantul ada mesin fotokopi, jadi kalo belum difotkop nggak usah khawatir.
1. KTP (fotkop & asli)
2. KK (fotkop & asli)
3. akte lahir, akta nikah/buku nikah, ijazah (fotkop & asli). Nah, disini saya mau cerita dikit. Untuk fotokopiannya emang saya serahin semua, tapi untuk dokumen asli engga karena akta lahir saya masih di Madiun, dan kata petugasnya bisa diganti dengan buku nikah aja. Jadi dokumen asli yang saya perlihatkan hanya buku nikah aja, kalo suami pakai akte lahir aja (nggak pakai buku nikah), ternyata gapapa tuh.
4. surat rekomendasi dari biro travel KALAU kita mau umroh dan nama kita cuma 1 atau 2 kata. Karena dari Arab Saudi memang mensyaratkan harus 3 kata namanya. Nah, surat rekomendasi ini fungsinya buat nambahin nama kita itu. Kalau udah 3 kata namanya, nggak perlu surat rekomendasi travel.
5. surat rekomendasi dari instansi buat PNS/Polri/TNI. saya nggak pakai ini, ternyata nggak ditanyain juga tuh.
Udah cuma itu aja syaratnya, nggak perlu pakai materai atau map hijau.
Nah, sebelum datang, kita musti ambil antrian onlen di web imigrasi di https://antrian.imigrasi.go.id/. Nah, karena dalam sehari terbatas yang dilayani, maka kita bisa milih di tanggal-tanggal yang masih tersedia. Jamnya pun bisa milih, mau pagi atau siang. Nanti di menu daftar permohonan, kita bisa klik buat dapetin barcode nya. Nah, berhubung nggak ada keterangan apa-apa di webnya, nggak tau lah kalo musti ngambil barcodenya. Tapi ternyata nggak papa juga, karena nanti pas kita datang langsung bakal dibantuin sama petugasnya.
Prosedurnya:
1. Kita ke front office, disini bakal dikasi formulir buat diisi. Cuma 2 lembar aja sih, pastikan kalian inget TTL orang tua yah, haha.. Bagusnya sih kita datang setengah jam sebelum jadwal yang tertera di antrian onlen, biar bisa ngisi formulir.
2. Isi formulir seperti biasa. Bawa pulpen sendiri yaaa...
3. Kalau udah diisi, kita ke front office lagi buat nyerahin formulir dan kelengkapannya. Berkas diceknya cuma sekilas aja kok. Habis itu kita dikasi nomor antrian dan tunggu sampai nomor kita dipanggil ke loket.
4. Nanti di loket data kita akan diinput. Disini berkas asli ngga dicek SAMA SEKALI.
5. Habis itu langsung pindah ke meja sebelah untuk difoto dan diambil sidik jarinya. Foto harus keliatan jidatnya, jadi deh jilbab antem saya harus dimundurin yang berakibat fatal: pipi saya terlihat cabi-cabi menggemaskan, wkwkwk..
6. Setelah itu kita dikasi form pengantar pembayaran yang isinya kode bayar
7. Bayar paspor di bank manapun atau kantor pos. Kalau saya ke bank mandiri. Nanti bayarnya pake formulit transferpay dan langsung ke teller. Mungkin di ATM bisa juga kali ya, tapi pastikan ada struknya karna itu yang akan kita pakai buat ambil paspor. Pembayaran ini maksimal 7 hari sejak tanggal permohonan kita.
8. Ambil paspor. Paspor akan jadi dalam 5 hari kerja setelah tanggal kita bayar. Kalo saya hari Kamis kan ngurusnya, paspor saya jadinya Kamis minggu depan.
Total cuma butuh sejam lah di kantor imigrasi. Buat ngisi formulir sampai selesai.
Nah, ngomongin tentang paspor 24 halaman dan 48 halaman. Dulu...paspor 24hal ini identik dengan paspor TKI, tapi mulai beberapa tahun belakangan udah engga lagi. Jadi kita bisa pakai juga si paspor 24hal ini. Tapiii...kadang ada negara yang masih belum ngeh dengan peraturan baru ini, jadi dianggapnya kita TKI gitu. Terutama negara yang masih harus pakai visa ya. Kalo untuk yang deket-deket aja kayak Singapore atau Malaysia gapapa kali ya. Tapi berhubung saya dan suami males rempong ntar, jadi kami langsung pakai yang 48hal. Kata petugasnya pun kalau untuk umroh, direkomendasikan yang 48hal untuk mengurangi potensi masalah di imigrasi. Walaupun yaa...selisihnya lumayan sih, 200rebu-an. Tapi jika Anda nggak masalah berdebat dengan petugas imigrasi (kalau ada masalah) dan mau dengan senang hati menjelaskan kedudukan paspor 24hal dan 48hal, pakai yang 24 halaman juga nggak papa.
Moga-moga berguna yaa infonya :)
Diposting oleh nee